Friday, April 6, 2007

Anekdot


Akhmad Saefudin


SUATU hari Minggu, Mas Tom mengajak Ujang, anaknya, berlibur keliling kota. Seusai jalan-jalan di alun-alun kota, mereka singgah ke rumah saya.

Saat itu saya kerja lembur di depan komputer. Sejurus kemudian Ujang mendekati dispenser, tak jauh dari tempat duduk saya. Setelah tengok kanan-kiri, Ujang menekan keran dispenser dan mencuci kedua tangan.

Melihat ulah sang anak, Mas Tom menghampiri dan menarik lengannya. "Ini bukan tempat wudu. Kalau mau cuci tangan, di toliet belakang sana," ujar Mas Tom dengan suara lirih.

Melihat kejadian itu saya cuma dapat menahan geli. Kejadian itu jika dituturkan kembali dapat dikategorikan sebagai kisah jenaka alias anekdot. Pengertian anekdot, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.

Ternyata di negara maju, orang menaruh apresiasi tinggi terhadap hal-hal kecil yang lucu dan mengesankan. Hal itu, antara lain, dapat dirunut dari kisah dalam buku teks berbahasa Inggris.

Dalam buku Practice and Progress (1998), misalnya, LG Alexander menyuguhkan 96 judul bacaan pendek. Bila dicermati, sebagian besar berisi cerita menggelitik dan mengundang tawa. Dalam Question and Answer (1994), buku teks untuk latihan pemahaman lisan, Alexander menyajikan 48 cerita jenaka.

Berbeda dari Alexander, LA Hill menulis cerita lucu dalam buku serial. Pertama, Elementary Anecdotes in American English. Kedua, Intermediate Anecdotes in American English. Ketiga, Advanced Anecdotes in American English.

Setiap buku teks terbitan Oxford University Press itu memuat 30 kisah jenaka. Kisah lucu karya LA Hill yang lain ada dalam Elementary Stories for Reproduction (1978). Buku itu memuat 56 cerita jenaka bagi para pembelajar bahasa Inggris tingkat pemula.


Popularitas lagu dwibahasa "My Heart" karya Melly Goeslow, yang dibawakan Acha dan Irwansyah, merupakan starting point bagi upaya memopulerkan karya anak bangsa di kancah global. Selain lagu atau musik, karya sastra, termasuk anekdot, perlu pula didorong untuk go international.


Sebetulnya di negeri ini banyak tokoh memiliki segudang cerita jenaka. Misalnya, Jaya Suprana, Gus Dur, Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus. Saya kira sudah saatnya kisah mereka diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia, sehingga dikenal di dunia luar. Kenapa tak? (53)


Sumber: Suara Merdeka, 26 Februari 2007

No comments: